UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TATA RUANG KANTOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) DI KELAS XI OTOMATISASI TATA KELOLA DAN PERKANTORAN (OTKP) 1 SMK NEGERI 3 BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Anggar Nuresa

Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran, SMK Negeri 3 Kota 

Email: anggarnuresa@smkn3bandung.sch.id

  Link : https://docs.google.com/document/d/1Hx1P3zu2wcULq1GT03tBrxeC36ykFyCn/edit?usp=sharing&ouid=100091404027782452284&rtpof=true&sd=true

PENDAHULUAN

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia bagi kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan menjadi salah satu indikator dalam menentukan indeks pembangunan manusia di suatu negara. Guru memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Sebaik apapun kurikulum akan menjadi tidak bermanfaat jika guru tidak dapat memahami bahkan mengaplikasikan kurikulum tersebut. Pada umumnya kebanyakan guru masih terjebak pada paradigma lama, bahwa pikiran seorang anak adalah seperti kertas kosong yang siap menunggu goresan-goresan gurunya. Maka tidak heran jika dalam proses belajar mengajar guru lebih aktif dan siswa pasif, hanya diam, mendengar dan mencatat.

Paradigma lama yang terus diterapkan ini akhirnya menghasilkan siswa yang hanya pandai menghafal, mengingat fakta, tanggal, dan teori, tanpa benar-benar mengerti apa yang mereka siswai. Mereka akan mampu menjawab soal ujian dengan baik, sebagian mungkin akan mendapatkan nilai yang tinggi sehingga dianggap sukses oleh masyarakat, dan mereka juga dapat melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Tapi para siswa yang dianggap seperti 'burung kakatua' atau siswa yang pasif akan menimbulkan masalah di lembaga pendidikan tinggi. Mereka yang 'tidak berfikir' hanya akan memenuhi tempat yang semestinya dipersiapkan untuk menghasilkan para ilmuwan." (Zaleha Izhab, 2004:11)

Karena itulah paradigma lama ini tidak boleh dipertahankan lagi. Karena belajar menurut kaum konstruktivisme, (H. Martinis Yamin, 2005: 3) “bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.” 

Tujuan kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran di SMK adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar kompeten dalam Dasar Pemograman, Perencanaan web, Sistem Data base dasar dan lanjut, Pemograman visual, Data Base berbasis Web, Data base server, Pemograman Berorientasi  obyek dan Antarmuka, dan Teknologi WEB.

Kompetensi merencanakan dan mengelola pertemuan/rapat merupakan salah satu standar kompetensi kelompok kompetensi kejuruan pada mata pelajaran produktif, kompetensi keahlian OTKP. Dilihat dari fungsi dan karakteristiknya, dapat dikatakan bahwa kompetensi ini memberikan peluang kepada guru dan siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Kalau kita pahami fungsi dan karakteristik kompetensi-kompetensi OTKP jelas sekali bahwa bukanlah mata pelajaran yang hanya cukup dihapal teori dan konsepnya, jika seorang guru dapat menggunakan metode yang tepat maka mata pelajaran ini dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa. 

Kompetensi merencanakan dan mengelola pertemuan/rapat menuntut siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi permasalah OTKP sampai akhirnya siswa diajak untuk berlatih memecahkan permasalahan OTKP yang terjadi di dunia industri. Karena itu dalam mempelaiari kompetensi ini siswa dituntut untuk memimiliki motivasi yang tinggi. Karena dengan memiliki motivasi dan prestasi belajar yang baik maka siswa dapat memahami kompetensi ini dengan lebih baik pula. 

Blanchard (2001) menyebutkan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pembelajaran yang menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehiduoan sehari-hari sebgai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini, siswa bukan hanya mengerti tentang teori penggunaan perkakas tangan serta dapat mengerjakan latihan soal-soal, tetapi siswa melakukan kegiatan penggunaan perkakas tangan. Dengan demikian siswa memperoleh pengalaman dari kegiatan yang dialaminya. Melalui pembelajaran ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

MASALAH

Sebelum menerapkan metode proyek, penulis mendapati fakta bahwa kelas XI OTKP 1 SMK Negeri 3 Bandung memiliki siswa yang pasif dan memiliki motivasi dan prestasi belajar yang rendah, terutama terlihat pada saat diskusi kelas. Berdasarkan temuan tersebut maka penulis memutuskan untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan objek penelitian kelas XI OTKP 1.

Berikut ini adalah salah satu data hasil belajar siswa kelas XI OTKP 1 yang penulis peroleh dari test formatif pada semester dua tahun ajaran 2021/2022.

Tabel 1. 1 Rekapitulasi Nilai Harian Siswa

Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase
91-100 0 0,00%
81-90 2 5,41%
71-80 4 10,81%
61-70 9 24,32%
51-60 7 18,92%
41-50 10 27,03%
31-40 5 13,51%
21-30 0 0,00%
11-20 0 0,00%
0-10 0 0,00%
Jumlah 37 100,00%

                                     

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk Standar Kompetensi adalah 75 Bila dilihat dari sebaran nilai pada tabel di atas menunjukkan adanya masalah dalam hasil belajar siswa, karena banyak nilai siswa yang tidak sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk kelas XI OTKP 1 hanya 16,22% siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas.

Dengan mengacu pada conventional learning, maka di kelas XI OTKP 1 SMKN 3 Bandung sebanyak 83,78% siswa belum tuntas dan tidak diperkenankan melanjutkan pada kompetensi berikutnya.

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Metoda pelaksanaan dari kegiatan upaya meningkatan hasil belajar siswa ini dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut:

  1. Tahap Persiapan, meliputi mengidentifkasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, membuat rancangan penelitian, perbaikan rancangan penelitian, dan pembuatan instrumen penelitian.
  2. Tahap Pelaksanaan, meliputi persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis data dan refleksi.
  1. Persiapan Tindakan
  1. Pembuatan rencana pengajaran.
  2. Pembuatan LKS dan alat tes.
  3. Menetapkan fokus observasi yaitu aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pernbelajaran berbasis project.
  1. Pelaksanaan Tindakan, setelah tahap persiapan selesai, maka saatnya melaksanakan tindakan yaitu menggunakan metode belajar berbasis project dalam kegiatan proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
  2. Observasi, bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, dan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang direncanakan. Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan terhadap aktivits guru dan siswa selama dilaksanakannya tindakan.
  3. Analisis data, meliputi kegiatan meyeleksi atau mengelompokkan data, memaparkan atau memberi makna.
  4. Refleksi, merupakan kegiatan mengevaluasi dan mengoreksi tindakan dan observasi. Hasil evaluasi dan koreksi ini digunakan sebagai langkah perbaikan rencana pembelajaran untuk siklus selanjutnya.
  1. Perencanaan Tindak Lanjut, hasil kesimpulan yang didapat pada analisis data dan setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata hasil tindakan ini belum dapat menjawab permasalahan, maka hasil analisis dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Hasil Belajar Siswa Tingkat Rendah

Hasil belajar siswa tingkat rendah pada siklus pertama menunjukkan bahwa dari 17 orang yang terkategori tuntas belajar hanya sebanyak 2 orang atau dsk sebesar 10,53%. Hasil ini meningkat pada siklus kedua menjadi 4 orang atau dsk sebesar 21,05% dan meningkat tajam pada siklus ketiga menjadi 14 orang atau dsk sebesar 73,68%. 

Peningkatan hasil belajar juga dapat dilihat dari ketuntasan belajar atau nilai rata-rata setiap siklus. Pada siklus pertama ketuntasan belajar siswa kelompok rendah adalah 58,47% meningkat pada siklus kedua menjadi 64,53% dan meningkat lagi pada siklus ketiga menjadi 72,95%.

  • Hasil Belajar Siswa Tingkat Tinggi

Hasil belajar siswa tingkat tinggi pada siklus pertama menunjukkan bahwa dari 17 orang yang terkategori tuntas belajar sebanyak 8 orang atau dsk sebesar 44,44%. Hasil ini meningkat pada siklus kedua menjadi 15 orang atau dsk sebesar 83,33% dan meningkat lagi pada siklus ketiga menjadi 17 orang atau dsk sebesar 94,44%. 

Peningkatan hasil belajar juga dapat dilihat dari ketuntasan belajar atau nilai rata-rata setiap siklus. Pada siklus pertama ketuntasan belajar kelompok tingkat tinggi adalah 72,28% meningkat pada siklus kedua menjadi 76,61% dan meningkat lagi pada siklus ketiga menjadi 79%.

Perkembangan hasil belajar setiap siklus dapat dilihat pada grafik – grafik berikut.

Grafik 4. 8 Perkembangan Daya Serap Kelompok Setiap Siklus

Grafik 4. 9 Perkembangan Ketuntasan Belajar Setiap Siklus

Peningkatan yang terjadi merupakan hasil perbaikan yang terus dilakukan pada tiap siklusnya, perbaikan ini diperoreh dan hasil refleksi pada setiap siklus, hasil refleksi ini merupakan acuan untuk perbaikan pembelajaran, sehingga dapat meningkat aktivitas siswa maupun aktivitas guru dalam pembelajaran berbasis project ini.

Penelitian tindakan kelas ini dicukupkan sampai siklus ketiga, karena pada siklus ketiga telah tercapai Ketutansan Belajar Siswa total dari tiap tingkatan sebesar ≥ 85%. Dari tes hasil belajar pada siklus ketiga diperoleh data jumlah siswa yang berpredikat kompeten sebanyak 14 siswa dari tingkat rendah dan 17 siswa dari tingkat tinggi. Dengan kata lain 31 siswa dinyatakan kompeten dari 37 siswa. Maka diperoleh Ketuntasan Belajar Siswa= 3137 ×100%=86,84%.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XI OTKP 1 SMK Negeri 3 Bandung pada kompetensi merencanakan dan mengelola pertemuan/rapat dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran berbasis Project. Simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut. 

  1. Terjadi peningkatan aktivitas siswa tingkat rendah yaitu dari 68,42% pada siklus pertama dan 89,47% pada siklus kedua menjadi 100% pada siklus ketiga.
  2. Terjadi peningkatan aktivitas siswa tingkat tinggi yaitu dari 72,22% pada siklus pertama dan 83,33% pada siklus kedua menjadi 100% pada siklus ketiga.
  3. Terjadi peningkatan rata-rata aktivitas keseluruhan siswa dari 70,32% pada siklus pertama dan 86,40% pada siklus kedua menjadi 100% pada siklus ketiga.
  4. Kategori aktivitas siswa tingkat rendah meningkat dari kategori cukup pada siklus pertama dan kedua menjadi baik pada siklus ketiga.
  5. Kategori aktivitas siswa tingkat tinggi meningkat dari kategori cukup pada siklus pertama menjadi baik pada siklus kedua dan ketiga.
  6. Persentasi rata-rata nilai pada setiap kelompok di setiap siklus menunjukkan peningkatan.
  7. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa tingkat rendah yaitu dari daya serap kelompok 10,53% dengan jumlah siswa kompeten sebanyak 2 orang pada siklus pertama menjadi 21,05% dengan siwa yang kompeten 4 orang pada siklus kedua dan 73,68% dengan siswa kompeten 14 orang pada siklus ketiga dari total siswa 17 orang.
  8. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa tingkat tinggi yaitu dari daya serap kelompok 44,44% dengan jumlah siswa kompeten sebanyak 8 orang pada siklus pertama menjadi 83,33% dengan siwa yang kompeten 15 orang pada siklus kedua dan 100% dengan siswa kompeten 17 orang pada siklus ketiga.
  9. Rata-rata Ketutansan Belajar seluruh Siswa meningkat dari 27,49% pada siklus pertama, menjadi 52,19% pada siklus kedua dan pada siklus ketiga mencapai lebih dari 85% yaitu 86,84%.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. (2003). Cooperatif Learning: Mempraktikkan Cooperatif Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Aunur. (2009). Administrasi Perkantoran SMK Kelas XI. Jakarta: BSE.

Indrawati. (1999). Model-model Pembelaiaran. Bandung: PPPG IPA.

Mohammad Uzer Usman. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT RemajaRosdaKarya.

Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nana Sudjana dan lbrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: CV. SinarBaru.

Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Oemar Hamalik. (2003). Proses Belaiar Mengaiar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *