PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENENTUKAN DAN MEMPRAKTIKAN INVENTARISASI SARANA DAN PRASARANA DI KELAS XII ADMINISTRASI PERKANTORAN 1 SMK NEGERI 3 BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2020/2021
 

Anggar Nuresa

Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran, SMK Negeri 3 Kota 

Email: anggarnuresa@smkn3bandung.sch.id

  • PENDAHULUAN

Salah satu indikator yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah menghasilkan lulusan yang berkualitas, terlihat dari hasil belajar yang dicapai atau nilai yang diperoleh pada setiap mata pelajaran. Hasil belajar adalah "tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan" Soedijarto (1993: 49). Hasil belajar dibedakan atas tiga ranah, yaitu kognitif (kemampuan berfikir), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) sesuai dengan pendapat Bloom,et al (199 6:7 ). Dalam proses pembelajaran, upaya-upaya untuk meningkatkan penguasaan materi yang akan mendukung hasil belajar siswa penting untuk dilakukan, tapi peningkatan penguasaan materi tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari komponen-komponen pembelajaran. Dari sekian banyak komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran, guru merupakan salah satu komponen yang sangat berperan. Dalam perannya sebagai tenaga pengajar, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Kondisi ini akan tercapai ketika seorang guru dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik, oleh karena itu pernilihan model dan model pembelajaran yang tepat merupakan hal yang harus diperhatikan. "Pemilihan model dan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru "(Djahiri, 1992). Hal ini didasari bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan model pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas PBM yang dilakukannya. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan "bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran" (Akhmad Sudrajat).  Menurut Hamid Hasan (2002) "Belajar di SMK adalah vocational skill", yaitu belajar yang banyak melatih siswa untuk terampil, cermat dan teliti dalam bidangnya. Begitu pula dengan administrasi perkantoran, siswa dilatih untuk terampil, cermat, dan teliti dalam melakukan proses administrasi. Sehingga belajar Administrasi Perkantoran adalah suatu proses belajar yang dilakukan siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan tentang pelajaran Administrasi Perkantoran melalui pengetahuan, latihan-latihan, dan praktek secara langsung karena output yang diharapkan adalah keterampilan nyata yang dibutuhkan di dunia kerja.  Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba untuk memilih salah satu model yang sekiranya tepat digunakan pada mata pelajaran Administrasi Perkantoran, yaitu Model Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) karena dalam Model ini lebih menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat.  
  • MASALAH
Indikator hasil belajar dapat kita lihat dari data hasil UAN, nilai harian, nilai rapor, dan data nilai hasil belajar lainnya (Winarno Surakhmad:1986:45). Berikut ini adalah nilai ulangan harian yang merupakan salah satu indikator hasil belajar siswa kelas XII AP 1 SMKN 11 Bandung pada Kompetensi Dasar Menentukan dan Mempraktikan Inventarisasi Sarana dan Prasarana.   Tabel 1. 1 Nilai Ulangan Harian Pertama  
No No Induk Nilai No No Induk Nilai No No Induk Nilai
1 1304510644 2,76 11 1304510655 2,32 21 1304510667 2,80
2 1304510645 3,24 12 1304510656 2,24 22 1304510668 3,16
3 1304510646 1,92 13 1304510657 2,44 23 1304510669 2,24
4 1304510647 2,68 14 1304510659 3,28 24 1304510670 2,28
5 1304510648 2,72 15 1304510661 2,12 25 1304510671 2,32
6 1304510649 3,24 16 1304510662 3,48 26 1304510672 2,24
7 1304510650 2,00 17 1304510663 2,96 27 1304510673 2,48
8 1304510651 3,60 18 1304510664 1,88 28 1304510674 2,20
9 1304510652 2,56 19 1304510665 2,40 29 1304510675 2,28
10 1304510653 2,36 20 1304510666 3,88 30 1304510676 3,60
  Tabel 1. 2 Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian Pertama
Jumlah Siswa yang Tuntas 13 43,33%
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 17 56,67%
Nilai Rata-Rata 2,66
Nilai Terendah 1,88
Nilai Tertinggi 3,88
Daya Serap Kelompok 66,40%
  Dari data di atas nilai ulangan harian menunjukkan bahwa 17siswa (56,67%) belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimial (KKM) untuk kompetensi  Inventarisasi sarana dan prasarana yaitu sebesar 2,67. Hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa belum tuntas belajar dalam kompetensi tersebut. Sedangkan di dalam kurikulum mengharuskan ketuntasan dalam belajar sehingga siswa yang belum tuntas belajar tidak diperbolehkan melanjutkan ke kompetensi dasar/materi selanjutnya. Hal ini akan menyebabkan siswa mengalami ketertinggalan belajar dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Rendahnya hasil belajar siswa ini harus segera diantisipasi agar tidak berdampak negatif yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya kualitas output pendidikan.  
  • METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

Metoda pelaksanaan dari kegiatan upaya meningkatan hasil belajar siswa ini dibagi dalam beberapa tahap mengacu pada pendapat Kemmis dan MCTaggart (dalam Sudarsono, 1997: 16) yang meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Tahapan penelitian adalah sebagai berikut. 
  1. Perencanaan 

Pada tahap ini penulis melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) melakukan kegiatan pra observasi untuk mengumpulkan fakta-fakta lapangan guna memastikan adanya masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran yang berlangsung selama ini, (2) mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, (3) merancang perangkat pembelajaran berorientasi metode berbasis masalah (problem based learning) dan alat ukur yang akan digunaan, (4) melaksanakan simulasi untuk memantapkan kemampuan dalam menerapkan tindakan yang telah ditentukan, (5) menyiapkan fasilitas yang diperlukan dalam pembelajaran, dan (6) membuat format pengamatan yang akan digunakan.
  1. Tindakan 

Tahap ini merupakan tahapan kegiatan inti pembelajaran yang meliputi kegiatan: 
  • Pendahuluan 

Pada kegiatan ini guru mengingatkan siswa tentang materi pelajaran yang lalu, memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, membahas soal-soal yang tidak dapat diselesaikan siswa, menjelaskan model pembelajaran dan penilaian yang akan dilakoni. 
  • Kegiatan inti 

Guru bersama siswa membahas konsep/teori yang diperlukan dalam kegiatan berbasis masalah (problem based learning) dan memberikan contoh soal/masalah. Selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran sesuai tahapan pembelajaran sebagai berikut.
  1. Guru mendefisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang berkaitan (masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua, atau tiga minggu, bisa berasal dari hasil seleksi guru atau dari eksplorasi siswa).
  2. Guru membantu siswa mengklarifikasi masalah dan menentukan bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-sumber belajar, informasi, dan data yang variatif, melakukan surve dan pengukuran).
  3. Guru membantu siswa menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa rasionalnya).
  4. Pengorganisasian laporan (makalah, laporan lisan, model, program komputer, dan lain-lain).
  5. Presentasi (dalam kelas melibatkan semua siswa, guru, bila perlu melibatkan administator dan anggota masyarakat).
  • Penutup 

Guru membimbing siswa menyimpulkan isi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan memberikan tugas untuk diselesaikan di rumah. Bagi siswa yang dianggap telah memahami materi yang disajikan diberikan materi pengayaan, sedang siswa yang belum tuntas diberikan remedial.
  1. Observasi 

Pada kegiatan ini penulis mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan untuk mendapatkan gambaran tentang keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. 
  1. Refleksi 

Refleksi dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir dimana penulis mereview proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk merevisi kegiatan pembelajaran selanjutnya  
  • HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar siswa merupakan hasil karya siswa yaitu tugas-tugas latihan dan hasil tes. Penilaian hasil belajar setiap siswa mengacu pada ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah yaitu paling sedikit siswa memperoleh nilai 2,67, maka dikatakan bahwa siswa tersebut tuntas dalam belajar. Data nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. 3 Nilai Ulangan Harian pada Siklus Pertama
No No Induk Nilai No No Induk Nilai No No Induk Nilai
1 1304510644 2,92 11 1304510655 2,68 21 1304510667 2,8
2 1304510645 3,28 12 1304510656 3,32 22 1304510668 2,8
3 1304510646 2,32 13 1304510657 2,72 23 1304510669 2,68
4 1304510647 2,72 14 1304510659 3,24 24 1304510670 2,48
5 1304510648 2,8 15 1304510661 3,12 25 1304510671 2,84
6 1304510649 3,2 16 1304510662 2,48 26 1304510672 2,72
7 1304510650 2,24 17 1304510663 2,92 27 1304510673 2,88
8 1304510651 3,48 18 1304510664 3,52 28 1304510674 2,48
9 1304510652 2,68 19 1304510665 2,32 29 1304510675 2,48
10 1304510653 2,92 20 1304510666 2,68 30 1304510676 3,08
Tabel 4. 4 Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian Pertama
Jumlah Siswa yang Tuntas 23 76,67%
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 7 23,33%
Nilai Rata-Rata 2,82
Nilai Terendah 2,24
Nilai Tertinggi 3,52
Daya Serap Kelompok 70,47%
  Hasil analisis terhadap nilai siswa pada siklus pertama menunjukkan bahwa dari 30 orang siswa yang dikenai tindakan, ada sebanyak 23 orang siswa atau 76,67% mencapai kriteria ketuntasan belajar dan 7 orang atau 23,33% belum mencapai ketuntasan belajar, serta daya serap kelompok sebesar 70,47%.  Grafik 2 Perbandingan Siswa Tuntas dengan Belum Tuntas pada Siklus I Pada pelaksanaan siklus 2, Penilaian hasil belajar setiap siswa mengacu pada ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah yaitu paling sedikit siswa memperoleh nilai 2,67, maka dikatakan bahwa siswa tersebut tuntas dalam belajar. Nilai hasil belajar siswa pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. 7 Nilai Ulangan Harian pada Siklus Kedua
No No Induk Nilai No No Induk Nilai No No Induk Nilai
1 1304510644 3 11 1304510655 3,4 21 1304510667 3,12
2 1304510645 3,4 12 1304510656 2,92 22 1304510668 2,88
3 1304510646 2,92 13 1304510657 3,28 23 1304510669 3,04
4 1304510647 2,96 14 1304510659 3,28 24 1304510670 3,56
5 1304510648 3 15 1304510661 2,96 25 1304510671 3,16
6 1304510649 3,24 16 1304510662 3,16 26 1304510672 3,04
7 1304510650 3 17 1304510663 3,76 27 1304510673 3,16
8 1304510651 3,48 18 1304510664 2,92 28 1304510674 3,36
9 1304510652 2,88 19 1304510665 3,04 29 1304510675 3,36
10 1304510653 3,08 20 1304510666 3,04 30 1304510676 3,24
  Tabel 4. 8 Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian pada Siklus Kedua
Jumlah Siswa yang Tuntas 30 100,00%
Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 0 0,00%
Nilai Rata-Rata 3,15
Nilai Terendah 2,88
Nilai Tertinggi 3,76
Daya Serap Kelompok 78,87%
  Hasil analisis terhadap tes formatif siswa menunjukkan bahwa dari 30 orang siswa yang dikenai tindakan, seluruh siswa mencapai kriteria ketuntasan belajar serta daya serap kelompok telah mencapai 78,87%.  
  • SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas XII AP 1 SMK Negeri 3 Bandung pada kompetensi dasar menentukan dan mempraktikan inventarisasi sarana dan prasarana dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Simpulan hasil penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut. 
  1. Hasil belajar siklus I menunjukkan bahwa dari 30 orang siswa yang dikenai tindakan, ada sebanyak 23 orang siswa (76,67%) mencapai kriteria ketuntasan belajar, pada siklus II meningkat menjadi 30 orang siswa (100%) dan telah melebihi batas kriteria 85%. 
  2. Daya serap kelompok pada siklus pertama sebesar 70,47 % meningkat menjadi 78,87% pada siklus kedua dan telah melebihi batas kriteria 75%.
  3. Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I menunjukkan ada sebanyak 73,33% siswa yang tergolong aktif selama pembelajaran berlangsung, pada siklus II meningkat menjadi 100%. 
 

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat. (2007). Pengertian Pendekatan Strategi Metode Teknik Taktik dan Model Pembelajaran. [online]. http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/09/12/pensertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-tiktik-dan-model-pembelajaran.html (1 September 2008) Barrows, H.S. et al. (1980). Problem based learning: An Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing. Indrawati. (1999). Model-model Pembelaiaran. Bandung: PPPG IPA. Mohammad Uzer Usman. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT RemajaRosdaKarya. Muhibbin Syah. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Nana Sudjana dan lbrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: CV. SinarBaru. Oemar Hamalik. (2003). Proses Belaiar Mengaiar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Oemar Hamalik. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Santyasa, I Wayan. (2007).  Model-Model Pembelajaran Inovatif. Makalah. Disajikan dalam pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di Nusa Penida, tanggal 29 Juni s.d 1 Juli 2007Saripuddin, Udin W dan T. Sukamto. 1996. Teori-teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. PAU untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Jakarta: Ditjen DIKTI. Soedarsono, FX. 1997. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK), Rencana, Desain, dan Implementasi. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.  Suharsimi Arikunto. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta Nurhadi, dkk. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Oemar Hamalik. (2003). Proses Belaiar Mengaiar. Jakarta: PT. Bumi Aksara Oemar Hamalik. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Safitri Nurhidayati. (2003). Pengaruh Motivasi dan Metode Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Indonesia. [online]. htto:www.safifinurhidayati.blogspot.com. (2008)  Saripuddin, Udin W dan T. Sukamto. 1996. Teori-teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. PAU untuk peningkatan dan pengembangan aktivitas instruksional. Jakarta: Ditjen DIKTI. Soedarsono, FX. 1997. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK), Rencana, Desain, dan Implementasi. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.  Suharsimi Arikunto. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara https://docs.google.com/document/d/189vU-h4GFs6IBv1Xjw6O8QBov-9sPp3e/edit?usp=drive_link&ouid=100091404027782452284&rtpof=true&sd=true

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *